Sabtu, 26 Desember 2009
Cerita Kehidupan Sosial
Tersebutlah kisah seorang pangeran dari daerah Sumidang bernama Serunting. Anak keturunan raksasa bernama Putri Tenggang ini, dikabarkan berseteru dengan iparnya yang bernama Aria Tebing. Sebab permusuhan ini adalah rasa iri-hati Serunting terhadap Aria Tebing.
Dikisahkan, mereka memiliki ladang padi bersebelahan yang dipisahkan oleh pepohonan. Dibawah pepohonan itu tumbuhlah cendawan. Cendawan yang menghadap kearah ladang Aria tebing tumbuh menjadi logam emas. Sedangkan jamur yang menghadap ladang Serunting tumbuh menjadi tanaman yang tidak berguna.
Perseteruan itu, pada suatu hari telah berubah menjadi perkelahian. Menyadari bahwa Serunting lebih sakti, Arya Tebing menghentikan perkelahian tersebut. Ia berusaha mencari jalan lain untuk mengalahkan lawannya. Ia membujuk kakaknya (isteri dari Serunting) untuk memberitahukannya rahasia kesaktian Serunting.
Menurut kakaknya Aria Tebing, kesaktian dari Serunting berada pada tumbuhan ilalang yang bergetar (meskipun tidak ditiup angin). Bermodalkan informasi itu, Aria Tebing kembali menantang Serunting untuk berkelahi. Dengan sengaja ia menancapkan tombaknya pada ilalang yang bergetar itu. Serunting terjatuh, dan terluka parah. Merasa dikhianati isterinya, ia pergi mengembara.
Serunting pergi bertapa ke Gunung Siguntang. Oleh Hyang Mahameru, ia dijanjikan kekuatan gaib. Syaratnya adalah ia harus bertapa di bawah pohon bambu hingga seluruh tubuhnya ditutupi oleh daun bambu. Setelah hampir dua tahun bersemedi, daun-daun itu sudah menutupi seluruh tubuhnya. Seperti yang dijanjikan, ia akhirnya menerima kekuatan gaib. Kesaktian itu adalah bahwa kalimat atau perkataan apapun yang keluar dari mulutnya akan berubah menjadi kutukan. Karena itu ia diberi julukan si Pahit Lidah.
Ia berniat untuk kembali ke asalnya, daerah Sumidang. Dalam perjalanan pulang tersebut ia menguji kesaktiannya. Ditepian Danau Ranau, dijumpainya terhampar pohon-pohon tebu yang sudah menguning. Si Pahit Lidah pun berkata, “jadilah batu.” Maka benarlah, tanaman itu berubah menjadi batu. Seterusnya, ia pun mengutuk setiap orang yang dijumpainya di tepian Sungai Jambi untuk menjadi batu.
Namun, ia pun punya maksud baik. Dikhabarkan, ia mengubah Bukit Serut yang gundul menjadi hutan kayu. Di Karang Agung, dikisahkan ia memenuhi keinginan pasangan tua yang sudah ompong untuk mempunyai anak bayi.
Puisi
Bagaikan daun yang kering
Diriku terombang-ambing oleh hembusan angin
Sampai aku tak mampu tuk berpaling
Dari semua yang tak pernah aku impikan
Mungkin sudah ratusan, ribuan
Atau malah sudah jutaan
Telah aku coba…
Namun…
Apalah yang terjadi?
Smua itu kosong hanya ada ilusi
Tak sesuai yang aku harapkan
Sakit, kecewa bahkan putus asa
Pastinya kerap menghantui
Mereka selalu datang tanpa permisi
Dan mengusik pikiranku
Akupun hanya bisa pasrah
Sambil berharap hal yang terbaik aku dapatkan
Mungkin Tuhan berkehendak lain
Dan smua itu bukan takdirku
Tapi aku slalu berharap dan memohon
Agar sakit, kecewa dan putus asa
Yang slama ini menghatui
Tak mampu meracuni pikiranku
Etika Penulisan Aritkel di Internet
* artikel yang ditulis merupakan pokok pemikiran dari diri sendiri
Contohnya mengcopy artikel milik orang lain. Sudah banyak orang yang sering melakukan "copy-paste" dari artikel seseorang yang mungkin orang tersebut tidak mengetahui jika Artikelnya telah di copy oleh orang lain dan itu sangat merugikan pihak yang bersangkutan.
* membahas topik yang sedang marak di bicarakan (menarik)
Maksudnya adalah mencari topik yang sedang booming saat ini agar pembaca tidak merasa bosan terhadap artikel yang ditulis.
* menggunakan bahasa yang mudah di mengerti oleh pembaca
Manggunakan bahasa sehari-hari dalam penulisan artikel tidak dilarang, tetapi akan lebih baik jika pada penulisan artikel lebih menggunakan bahasa yang dapat di mengerti oleh semua kalangan baik remaja maupun dewasa.
* tidak menyinggung pihak lain
Sangat tidak di benarkan dalam etika penulisan artikel jika di dalam artikel tersebut bermaksud menyinggung pihak lain. misalnya menulis artikel yang belum tentu di ketahui kebenarannya mengenai suatu perusahaan, merek, atau instansi apapun. Hingga pihak-pihak tersebut merasa tersinggung.